
Ratman al-Kebumeny
Penerbit:
Mediatama – Solo
Tahun Terbit:
2007
Sebuah Pengantar
Warisan Emas
dari Kemilau Peradaban
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya"
(Q.S. Al 'Alaq: 1-5)
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya"
(Q.S. Al 'Alaq: 1-5)
Sejarah mencatat bahwa kecemerlangan peradaban Islam mencapai pengaruhnya yang luar biasa. Islam yang hadir sebagai minhajul hayah (system dan pedoman hidup) telah merubah wajah dunia dengan melahirkan manusia-manusia yang tunduk kepada Allah sekaligus memakmurkan bumi-Nya. Sejak keutusan Nabi Muhammad saw. hingga zaman setelahnya, dunia yang tadinya dipenuhi kegelapan kejahiliyahan, lalu terbuka dengan cahaya iman dari panduan Alquran. Hingga sampailah suatu periode yang disebut oleh para sejarawan dengan Zaman Keemasan Perdaban Islam. Muncullah ilmuwan-ilmuwan muslim yang mempengaruhi tidak hanya dunia Islam, tapi juga Asia, Afrika, dan Eropa: Timur dan Barat. Ketika Eropa berada di Zaman Kegelapan (Dark Age) pada abad pertengahan, peradaban Islam justru dalam kemilau peradabannya. Memang, sebuah peradaban tak bisa berdiri sendiri tanpa pengaruh peradaban lain, tapi tentu ada benang merah dan orisinalitas bagian-bagiannya yang khas miliknya, termasuk peradaban Islam kala itu..
Maka benarlah, dan tak berlebihan (walaupun mungkin ada beberapa hal yang tidak sepakat) apa kata George Sarton, seorang sejarawan terkemuka, dengan pernyataan dalam bukunya Introduction to the History of Science bahwa:
"Orang-orang Muslim berada di atas bahu para pelopor Yunani sebagaimana orang-orang Amerika berdiri di pundak-pundak orang Eropa … bahasa Arab merupakan bahasa sains internasional, sedemikian hebatnya sehingga tidak akan dapat ditandingi oleh bahasa lain kecuali bahasa Yunani, dan itu pun tak akan pernah dapat terulang sampai kapan pun. Bahasa Arab bukan merupakan bahasa dari satu kaum, satu bangsa, satu agama, tetapi merupakan bahasa dari beberapa kaum, bangsa, dan agama. Kebudayaan Muslim adalah … dan dalam beberapa hal masih merupakan jembatan utama antara Timur dan Barat … kebudayaan Latin adalah Barat, kebudayaann Cina adalah Timur, tetapi kebudayaan Muslima dalah keduanya … Ia terbentang antara Kristenisme Barat dan Budhisme Timur dan sekaligus menyentuh keduanya."
Kajian ilmiah menjadi tradisi kaum muslimin dalam kehidupan kesehariannya. Maka, berkembang dan majulah berbagai bidang ilmu, mulai dari ilmu Alquran, hadis, fikih, sejarah, filsafat, sastra, kimia, fisika, astronomi, biologi, geografi, matematika, kedokteran, dan lainnya. Dari situ lahirlah, misalnya, para fuqaha yang juga dokter, filosof, dan ahli astronomi. Pun tidak asing para ilmuwan kedokteran, fisikawan, dan filosof yang hafizh Alquran serta hafal kitab-kitab syariah. Tidak dibedakan, apalagi dipisahkan antara fisika dan fikih, Alquran dan perbintangan, karena semua ilmu adalah milik-Nya. Ilmuwan-ilmuwan muslim ketika itu mempunyai kemampuan multidisiplin ilmu, sebuah kemampuan yang tak bisa diremehkan sama sekali.
Bahkan, Baron Carra de Vaux dalam bukunya The Legacy of Islam, setelah di awal ia sinis kepada kaum muslimin, tapi akhirnya harus mengakui dan menyimpulkan bahwa:
"Orang-orang Arab benar-benar telah mencapai sesuatu yang besar dalam bidang ilmu pengetahuan. Meskipun mereka tidak menemukannya, mereka mengajarkan penggunaan tanda-tanda (yakni sistem angka Arab), yang karenanya mereka dapat dipandang sebagai para penemu aritmatika kehidupan sehari-hari. Mereka menciptakan aljabar dan ilmu pasti, mengembangkannya secara luas, dan memberi landasan bagi penemuan trigonometri sferis (spherical trigonometry), yang benar-benar tidak ada di kalangan orang-orang Yunani. Dalam bidang astronomi, mereka membuat sejumlah observasi yang bernilai."
Oleh karenanya, kita bisa menyaksikan ilmuwan-ilmuwan besar seperti Jabir Ibnu Haiyan, Al Khawarizmi, Ar Razi, Al Kindi, Al Battani, Al Jahiz, Ibnu Haitsam, Ibnu Rusyd, Az Zahrawi, Al Zarqali, Ibnu Sina, Ibnu Nafis, Umar Khayyam, Ibnu Khaldun,dan sekian banyak ilmuwan yang karya-karya ilmiahnya memenuhi perpustakaan-perpustakaan besar di zamannya dan zaman setelahnya, bahkan hingga kini. Merekalah pendahulu dan perintis kemajuan peradaban modern sekarang, diakui atau tidak. Dan kita yang hidup di zaman sekarang, pantas dan haruslah mengetahui mereka serta mengambil pelajaran darinya. Kita pun harus tidak boleh pesimis, bahwa "masa emas" itu bisa kita dapatkan kembali seizin-Nya dengan meneladani semangat mereka dalam beriman, berilmu, dan beramal. Karena, kitalah pewaris yang sebenarnya. Semoga, amin.
Solo, Mei 2007
Ratman al-Kebumeny
Jabir Ibnu Haiyan
(Geber)
Sang Bapak Kimia
Oleh: Ratman al-Kebumeny
Siapakah Dia?
Siapakah tokoh yang disebut "bapak kimia modern" ini? Nama lengkapnya adalah Abu Musa Jabir Ibnu Haiyan Al Azdi Al Thusi As Sufi. Selain nama itu, ia dipanggil juga Al Harrani karena berasal dari daerah Harran di sebelah utara Mesopotamia. Ada sumber yang mengatakan bahwa Jabir berasal dari suku Azd di Arabia Selatan, yang pada masa kebangkian Islam menetap di Kufah. Di Barat, Ibnu Haiyan dikenal dengan nama Geber, sebagai seorang ahli kimia muslim yang masyhur. Waktu kelahirannya secara pasti masih diperbincangkan, tapi yang jelas Jabir menghembuskan nafasnya terakhirnya sekitar tahun 803 M. Tapi ada juga sumber yang menyatakan ia hidup sekitar tahun 103-160 H atau 721-776 M.
Kapankah ia mengarungi kehidupan dan menghasilkan karya-karyanya? Jabir hidup di zaman pertengahan ketika masa kekhalifahan Daulah Abbasiyah. Ketika itu Daulah Abbasiyah dipimpin oleh seorang khalifah yang bijak dan pencinta ilmu, yaitu Harun Al Rasyid (170-194 H / 786-809 M). Di zamannya terdapat perpustakaan dan pusat pengembangan ilmu yang disebut Baitul Hikmah atau Khizanah Al Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan). Di tempat inilah para ilmuwan melakukan berbagai kegiatan ilmiahnya. Di bawah kekuasaan Harun Al Rasyid perkembangan ilmu di kalangan kaum muslimin mengalami perkembangan luar biasa, sehingga banyak bermunculan para cendekiawan yang masyhur.
Jabir termasuk orang yang hidup di masa itu. Ia mengarungi kehidupan awalnya di bawah perlindungan Wazir Barmaki, sebuah keluarga keturunan Persia dari Balkh. Kehidupan ilmiahnya di dunia kimia ia mulai sekitar tahun 776 M di Kufah, sekarang merupakan daerah di Irak. Semangat belajarnya sangat tinggi. Pendidikannya ditempuh di bawah asuhan Imam Ja'far Shadiq dan seorang pangeran Bani Umayyah yang bernama Khalid Ibnu Yazid. Dan, Ibnu Haiyan akhirnya dikenal sebagai pemula dan pemuka kimia dalam Islam.
Apa Karyanya?
Jabir banyak melakukan penelitian kimia hingga mengantarkannya menjadi ahli kimia yang ketenarannya tidak hanya di dunia Islam, tapi juga di dunia Barat di masa kemudian. Hasil-hasil penelitiannya menjadi rujukan dan tonggak pengembangan ilmu kimia modern sekarang. Bahkan istilah "kimia" berasal dari bahasa Arab "al kimiya" (al chemy), artinya "ilmu tentang kimiya / al chem". Al kimiya inilah ilmu yang ia kuasai dan kembangkan. Kata "al chem" mulanya berasal dari Mesir yang menunjukkan negeri "bertanah hitam", yang serasi dengan makna simbolik (lambang) "wujud dalam", atau oleh kimiawan disebut material prima (materi asal).
Si Geber ini banyak mengembangkan metode kimia dasar dan pengamatan reaksi yang terjadi. Penelitiannya difokuskan pada percobaan (eksperimen) dan pengembangan metode untuk menghasilkan karya yang bisa diproduksi ulang (reprodusibiliti), sehingga mempunyai manfaat yang besar. Jabir menekankan bahwa kuantitas tertentu dari berbagai zat terlibat dalam reaksi kimia. Makanya, ia menjadi perintis hukum mengenai perbandingan yang konstans. Karenanya, dunia kimia sekarang berhutang budi dan ilmu pada Jabir.
Dari berbagai hasil penelitian dan eksperimentasinya banyak dasar-dasar ilmu kimia yang dihasilkan. Beberapa dasar ilmu kimia yang dihasilkannya antara lain sebagai berikut:
1. Kristalisasi (crystallization)
2. Penyulingan (destillation)
3. Pembakaran atau oksidasi (calcination)
4. Penyubliman (sublimation)
5. Penguapan (evaporation)
6. Berbagai instrumen (alat) untuk membuat percobaan tersebut
Hal-hal tersebut di atas membawa manfaat yang besar dalam kehidupan nyata kita sehari-hari. Ia mencapai keberhasilan besar dengan penemuanya, yaitu mineral dan asam, yang pertama kali disiapkan dalam alembic (anbique, nama suatu zat kimia) miliknya. Penemuan alembic membuat proses penyulingan (destilasi) menjadi mudah dan sistematis. Terobosannya yang luar biasa adalah racikan bebagai bahan berikut ini, seperti:
1. Asam nitrat (nitric)
2. Asam hidroklorit (hydrochloric)
3. Asam sitrat (citric)
4. Asam belerang (minyak vitriol)
5. Caustic soda
6. Asam tartrat (tartaric acid)
Kajian dan temuan-temuannya di atas menjadi bukti kepakaran dan ketinggian ilmunya, sehingga layaklah ia disebut sebagai "bapak kimia modern" dengan jasa-jasa besarnya bagi dunia kimia. Dengan demikian, ia menjadi pelopor kimia terapan. Yang ia hasilkan dengan proses kimia terapannya antara lain pembuatan besi baja, pembuatan berbagai logam, pencegahan pengkaratan, penulisan emas, penggunaan dioksida mangan (manganese dioxide) dalam pembuatan kaca atau gelas, pewarnaan pakaian, penyamakan kulit, pernis pakaian, identifikasi cat dan lemak, serta mengembangkan aqua regia untuk melarutkan emas.
Jabir juga menggariskan teori sulfur-air raksa tentang susunan mineral. Teori ini adalah asal dari teori asam-basa yang kita kenal sekarang. Asas sulfur-air raksa, yang pada setiap alam wujud berpadanan dengan masa aktif (maskulin) dan masa pasif (feminism), menjadi asam-basa. Dan, jika bersatu akan membentuk garam. Dengan teori inilah, sains kosmologi abad pertengahan menjelaskan keberadaan dan fenomena alam.
Tak hanya itu karya-karya yang Jabir hasilkan. Kerja kerasnya menggeluti dunia kimia membawa hasil pada temuan-temuan lain yang sangat bermanfaat. Percoban dan ide-idenya menjadi rintisan bagi sistem klasifikasi logam, nonlogam, dan unsur gas (yang dapat menguap). Jabir mengkaji tiga zat berbeda berdasar sifat atau unsur pendukungnya, yaitu:
1. Spritus, yaitu larutan yang menguap jika dipanaskan. Contohnya adalah kapur barus atau kemper, arsenik (arsenic), sulfur, air raksa, dan amonium klorida (ammonium chloride).
2. Logam yang padat. Contohnya adalah perak, emas, tembaga, timbal, dan besi.
3. Zat-zat penyusun yang dapat dirubah ke dalam bentuk serbuk atau tepung.
Selain sibuk dengan berbagai penelitian dan percobaannya, Jabir tak lupa mendokumentasikan karya-karyanya dalam bentuk tulisan. Ia menyadari pentingnya buku bagi pewarisan ilmu dari generasi ke generasi. Jabir menghasilkan sekitar 500 karangan, antara lain Al Asrar Al Kimiya, Ushul Al Kimiya, dan 'Ilmu Al Hai'ah. Ia pun menulis kitab yang dikenal dengan Al Kimiya dan As Sabi'in. Kemasyhurannya di dunia kimia menjadikan kedua kitab karangannya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin untuk kepentingan ilmiah ketika itu. Hal ini menunjukkan betapa ilmuwan saat itu sangat berpengaruh dan punya andil besar bagi kemajuan dan peradaban.
Seorang Inggris bernama Robert yang berasal dari Cester menerbitkan kitab Al Kimya tahun 1144 M dengan judul The Book of Composition of Alchemy. Sedangkan Gerard, seorang dari Cremona (Gerardus Cremonensis) juga menerjemahkan buku Jabir. Buku lain karya Jabir pun diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa, sehingga kosa kata bahasa Arab dipakai dan terkenal di Barat, misalnya saja istilah "alkali" dari kata "al qili" (potash), alkohol dari kata "al kuhl" (tepung antinomi), "athanor" dari kata "at tannur" (penghangat), dan lain-lain. Demikianlah ia, Jabir, yang di Barat lebih masyhur sebagai Geber ahli kimia, menorehkan tinta emas bagi peradaban dunia. Maka tak salah apabila Max Mayerhaff menyatakan dalam tulisannya bahwa jika ingin mencari alur perkembangan kimia modern di Eropa, maka dapat ditemukan langsung pada karya-karya Jabir Ibnu Haiyan. []
0 komentar:
Posting Komentar